Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Susu Kambing, Sunnah Rasulullah yang Telah Dilupakan

Susu kambing adalah minuman yang tidak kalah bergizinya dibandingkan dengan susu sapi. Bahkan keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat minum susu sapi tidak pernah ditemui beritanya pada orang-orang yang mengkonsumsi susu kambing.

Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi konsumen yang mempunyai alergi terhadap susu sapi. Boleh jadi itulah hikmahnya mengapa dalam riwayat-riwayat shahih tentang kehidupan Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya kita temui kisah mereka minum susu kambing, dan bukan susu sapi!
Namun, manfaat susu kambing sayangnya masih belum disadari oleh kebanyakan kaum muslimin termasuk bangsa Indonesia yang merupakan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Sebagaimana di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat, di Indonesiapun susu sapi dan berbagai produk olahannya lebih memasyarakat dan lebih mudah dijumpai di pasaran dibandingkan dengan susu kambing.

Sunnah Rasulullah yang telah dilupakan
Rasulullah saw. pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dalam HR. Muslim bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan pada akhirnya akan datang suatu masa di mana Islam akan menjadi asing kembali. Karena dalam memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran Islam seorang muslim diperintahkan Allah SWT. untuk meneladani Rasulullah saw. (QS. 33: 21)[1], maka dalam sejarahnya terdapat pula masa di mana praktek meneladani semaksimal mungkin seluruh sikap dan perilaku sehari-hari Rasulullah – termasuk kebiasaan makan dan minumnya – mengalami masa awal yang asing dan masa kemudian yang asing pula. Di antara jenis minuman yang biasa diminum oleh Rasulullah saw. adalah susu kambing segar, yakni langsung diminum sesudah diperah dari ambing kambing (kisah Abdullah bin Mas’ud pada masa remaja saat dia menggembalakan kambing milik Uqbah bin Mu’aith)[2]. Namun, berapa persen dari penduduk muslim di seluruh dunia ini – terlepas dari kemampuan ekonominya – yang punya kebiasaan minum susu kambing? Atau lebih spesifisik lagi: berapa persen dari seluruh kaum muslimin di dunia ini yang tahu akan manfaat susu kambing?
Sulit untuk menemukan adanya data statistik aktual tentang jumlah konsumsi susu kambing di seluruh dunia, apalagi di negara-negara yang penduduknya sebagian besar muslim karena pada umumnya data internasional tentang produksi, konsumsi dan kebutuhan susu ternak yang didokumentasikan dengan baik adalah untuk susu sapi[3]. Bahkan tidak ada data dunia untuk jumlah populasi ternak ruminant kecil (kambing dan domba) yang dibedakan tujuan produknya (sebagai pemasok daging, serat wol, kulit ataukah susu).
Namun, dari data yang tersedia3 nampak bahwa produsen susu kambing yang paling produktif (dalam kg susu/ekor/tahun) di dunia adalah negara Eropa Barat dan Timur yang sebagian besar penduduknya non-muslim seperti misalnya Perancis (400), Rusia (125), Spanyol (121), Italia (115), dan Yunani (78). Sedangkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim seperti Aljazair (47), Irak (35), Sudan (31), Turki (30), Pakistan (17) dan Indonesia (15) produktifitas susu kambingnya sangat rendah. Juga dari muamalah penulis dengan sesama muslim, baik bangsa sendiri maupun bangsa asing yang tinggal di Jerman, dan dari pengamatan terhadap ketersediaan susu sapi dan susu kambing di pasar, toko maupun pusat-pusat perbelanjaan diduga kuat bahwa jawaban atas kedua pertanyaan di atas adalah: tidak banyak. Sebagaimana di berbagai aspek kehidupan lainnya (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan/keamanan) rupanya dalam hal kebiasaan makan dan minumpun kaum muslimin masih dikuasai oleh arus pemikiran dan politik negara-negara barat.
Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’anul Karim: „Maka makanlah yang halal lagi baik (thoyyib) dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah“ (QS. 16 :114). Kebanyakan kaum muslimin baru tiba pada tahap halal, belum sampai tahapan thoyyib. Padahal kalau kita menganalogikan dengan kedudukan sholat wajib dan membayar zakat yang selalu diperintahkan Allah secara bersama-sama dalam sebuah ayat (contohnya di dalam QS. 2: 83, 5: 12, 19: 55 dan 21: 73) untuk menunjukkan pentingnya hal yang kedua yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari hal yang pertama (riwayat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. memerangi kaum muslimin yang enggan membayar zakat meskipun mereka tidak meninggalkan sholat)[4], maka semestinya pengetahuan mengkonsumsi makanan dan minuman yang thoyyib pun tidak boleh dipisahkan dari yang halal. Maka hendaknya kita tidak berpuas diri dengan mengetahui makanan dan minuman yang halal saja, melainkan hendaknya kita juga menambah pengetahuan kita akan ke-thoyyib-an makanan dan minuman halal, termasuk susu.

Kontroversi Susu Kambing dan Susu Sapi
Pada umumnya konsumsi susu ternak dianjurkan karena potensinya sebagai sumber protein dan kalsium yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Bahkan sebagai sumber kalsium – dengan pola makan masyarakat yang umumnya sangat kurang konsumsi sayur segarnya – nyaris susu tak bisa digantikan dengan bahan makanan lainnya[5]. Oleh karena itu, pada umumnya ahli pangan dan gizi sangat menganjurkan untuk minum susu setiap hari. Namun, seorang ahli pangan yang sangat memperhatikan pengaruh pola makan terhadap kesehatan dan proses timbul dan sembuhnya berbagai macam penyakit, Norman W. Walker telah membuktikan bahwa susu – kecuali susu kambing segar – adalah bahan makanan yang paling banyak menimbulkan lendir di dalam tubuh manusia[6]. Beliau juga mengamati bahwa susu yang paling cocok untuk dikonsumsi manusia (selain bayi yang belum lepas dari air susu ibu) adalah susu kambing segar. Dinyatakannya pula bahwa pemanasan di atas suhu 48°C justru merusak nilai fisiologis susu kambing dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena merangsang timbulnya lendir yang berlebihan – suatu hal yang sangat kontroversial bagi ahli gizi dan teknologi pengolahan pangan pada umumnya.
Di antara gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari mengkonsumsi susu sapi adalah kegemukan, asma, infeksi paru-paru, pilek alergi (misal alergi serbuk sari) dan tuberkulosis6, meskipun pada umumnya ahli gizi dan dokter berpendapat bahwa susu sapi dapat menjadi bahan makanan sumber berbagai macam antibodi untuk melawan penyakit[7].
Allah SWT. telah berfirman bahwa susu adalah minuman yang disediakan-Nya bagi manusia (QS. 16: 66, 23: 21). Allah juga menyebutkan bahwa minuman susu itu mudah ditelan oleh manusia. Dalam istilah ilmu gizi tentunya mudah ditelan ini maksudnya adalah mempunyai arti fisiologis yang baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan hamba-hamba-Nya dengan menunjukkan sumber minuman yang justru menimbulkan berbagai macam penyakit. Maka dalam kontroversi manfaat ataukah kerugian yang akan kita rasakan sesudah mengkonsumsi susu sapi perlu dikaji secara menyeluruh, bukan hanya untuk satu jenis gangguan kesehatan semata. Kalau dikatakan susu sapi bisa menjadi sumber antibodi untuk melawan penyakit tertentu, sedangkan di sisi lain status kesehatan orang yang bersangkutan tidak dimonitor secara menyeluruh (misal alergi tetap ada dan berat badan semakin bertambah tanpa bisa dikontrol), maka boleh jadi memang ada manfaat dari susu sapi bagi kesehatan manusia di samping banyak mudhorot yang ditimbulkannya. Ini mirip dengan yang telah berlaku bagi minuman keras (khamr), tapi dalam khamr ini Allah jelas-jelas telah membongkar rahasianya dengan berfirman bahwa di dalam khamr memang bisa ditemui ada manfaatnya (paradoks Perancis dengan khamr anggur merahnya), namun kemudhorotannya jauh lebih besar. Dengan demikian maka besarnya konsumsi susu sapi oleh kaum muslimin selama ini bisa jadi hanya disebabkan oleh keterbatasan ilmu manusia yang keliru dalam menafsirkan ayat tentang susu dalam Al Qur’an sebagai susu ternak apa saja termasuk sapi, sedangkan seharusnya adalah susu kambing. Bukti-bukti ilmiah tentang manfaat susu kambing terhadap kesehatan sebetulnya telah diperoleh manusia 3,6,[8],[9] hanya saja secara umum publikasinya masih kalah dibandingkan dengan susu sapi.

Kesiapan Teknologi Pendukung Produksi Susu Kambing
Sesudah mengetahui sangat banyaknya manfaat susu kambing dibandingkan dengan susu sapi, maka tentu timbul pertanyaan: Mengapa di Indonesia sulit dijumpai produk susu kambing di toko-toko atau di supermarket- supermarket? Bukankah kambing bisa hidup di iklim negara kita? Apakah memang budidaya kambing itu sulit alias tidak prospektif dari sudut pandang ekonomi? Telah diteliti bahwa budidaya kambing sangat potensial dan realistis untuk dikembangkan di negara-negara yang sedang berkembang dengan iklim tropis3.
Dari Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Ternak di Bogor dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan di Indonesia sangat cocok bagi budidaya kambing dari jenis yang bisa dijadikan sekaligus pemasok susu dan daging, yakni peranakan antara kambing kacang dan kambing Etawah yang berasal dari India dan dikenal dengan kambing PE[10]. Dalam laporan penelitian itu disarankan agar ternak kambing yang jantan dibesarkan untuk dimanfaatkan dagingnya, sedangkan ternak yang betina dibesarkan untuk diambil susunya. Diperhitungkan bahwa satu ekor kambing PE dapat mencukupi kebutuhan protein hewani asal susu untuk sebuah keluarga dengan 5 orang anggota keluarga. Budidaya kambing PE ini sudah menunjukkan keberhasilan di beberapa daerah sehingga sangat potensial untuk dijadikan proyek nasional bagi negara kita yang mayoritas penduduknya masih sangat rendah status gizi dan kemampuan ekonominya.
Jadi, apa lagi yang perlu kita tunggu? Di satu sisi kita dapat menaikkan taraf kesehatan masyarakat dengan menyediakan sumber protein hewani yang halal dan thoyyib, dan menaikkan taraf ekonomi rakyat di pedesaan-pedesaan melalui usaha budidaya kambing ini. Di sisi lain kita dapat melestarikan salah satu sunnah Rasulullah yang telah banyak dilupakan orang di negara yang mayoritas penduduknya muslim. Kita bisa mengambil pelajaran dari negara tetangga kita Malaysia yang telah sukses lebih dahulu dalam mempromosikan pentingnya peran susu kambing ini secara profesional[11].
Oleh karena itu sudah saatnya para ahli teknologi pengolahan pangan, ahli gizi, ekonom, ahli budidaya ternak dan jajaran pimpinan di pemerintahan memikirkan lebih serius lagi dan saling bekerja sama dalam memasyarakatkan peran penting susu kambing ini dan meningkatkan produksinya. Dalam hal ini ada dua hal penting yang perlu mendapatkan prioritas: peningkatan produksi susu dengan tetap memperhatikan kesehatan ternak dan lingkungan, dan peningkatan keamanan/higiene susu, terutama karena manfaat kesehatan susu kambing sangat berkurang akibat pemanasan, sedangkan pada umumnya untuk keamanan dan pengawetan produk susu perlu dipanaskan.
(Sumber : http://alveoli.wordpress.com)

Kambing Etawa


Kambing Etawa disebut sebagai kambing peranakan etawa, kambing PE atau kambing etawah merupakan hasil peranakan kambing jamnapari dari India dengan kambing lokal Indonesia yang memiliki ciri khas pada tekstur kepala menonjol (roman nosed) dan bentuk kuping yang panjang terlipat serta ukuran tubuh yang besar.

Kambing Etawa Ras Kaligesing
Pada sekitar tahun 1930-an, pemerintah kolonial Belanda membawa kambing jamnapari dari India ke daerah Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Kambing jamnapari ini kemudian disilangkan dengan kambing lokal (kambing jawa randu atau kacang). Hasil keturunan dari silangan ini dikenal sebagai Kambing Etawa ras Kaligesing.
Kambing memiliki ciri khas pada tekstur kepala menonjol (roman nosed) dan bentuk kuping yang panjang terlipat. Pada awalnya kambing ini dikembangkan untuk breeding dan produksi susu.
Dengan semakin populernya kambing etawa, kambing ini dikembangkan juga untuk kontes. Kambing ini memiliki harga pasaran yang relatif mahal (premium) dibandingkan kambing lainnya. Adanya aspek seni seperti panjang & lipatan telinga, gelambir, bentuk muka, corak warna dll membuat harga menjadi mahal. Di kalangan penghobi kontes kambing jenis ini beralih fungsi menjadi kambing koleksi, bukan untuk pedaging atau perah.


Kambing Etawa Ras Senduro
Presiden Sukarno membawa kambing Jamnapari ras dari Etawah, Uttar Pradesh India ke Indonesia untuk keperluan pengembangan silang pada tahun 1947. Kambing jenis ini disilangkan dengan kambing lokal Lumajang (Kambing Menggolo). Kambing Menggolo memiliki ukuran lebih besar daripada kambing kacang. Hasil silangan ini disebut dengan Kambing Etawa Ras Senduro (Etsen).
Kambing etawa putih hanya dapat ditemui di Senduro, sebuah desa yang terletak di kaki gunung berapi Semeru. Menurut peternak setempat, kambing etawa putih dapat tumbuh sampai ukuran sangat besar, hingga 170kg. Selain memberikan daging yang sangat bergizi dan susu, kambing etawa juga membawa keberuntungan dan perdamaian kepada peternak. Kisah yang melatar belakangi anggapan ini adalah pada tahun 1956 terjadi letusan gunung Semeru di Senduro. Lebih dari 1000 orang meninggal dalam bencana itu, namun secara mengagumkan 30 peternak kambing etawa putih selamat.

Ciri Fisik
Kambing etawa ras Senduro memiliki ukuran postur dan ketebalan yang bagus. Produksi susu sama dengan kambing etawa pada umumnya.
Berikut adalah ciri fisik kambing etawa Senduro:
  • Corak warna dominan putih.
  • Jarang memiliki tanduk, krn itu disebut etawa gundul Senduro.
  • Kuping panjang, lemas, terpilin sampai 50 cm.
  • Ukuran postur panjang, tinggi dan lebih tebal. Tinggi gumba dapat mencapai 120 cm untuk jantan. Ketebalan kambing berkorelasi dengan bobot kambing.


Harga

Harga kambing etawa ras Senduro lebih murah. Penilaian harga ditentukan oleh postur bukan aspek “seni”. Aspek seni ini tidak relevan untuk tujuan ternak pedaging dan perah. Karena itu kambing etawa jenis ini sesuai untuk kambing pedaging dan perah. Lebih ringan di modal sekaligus mudah penjualannya untuk pasar konsumsi (pedaging) & religius (kurban & akikah).

Manfaat Susu Kambing Etawa


Susu kambing etawa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain itu juga susu kambing tidak membuat konsumen alergi, sebab mengandung lebih banyak asam lemak berantai pendek dan sedang sehingga lebih mudah di cerna. Ukuran butiran lemak susu kambing hanya 3,49 mikrometer, lebih kecil daripada susu sapi (4,55) dan susu kerbau (5,92). Ukuran lemak yang lebih kecil itulah yang menyebabkan susu kambing lebih cepat terserap organ pencernaan.

Mengkonsumsi susu kambing organik secara teratur akan membantu mengatasi gangguan kesehatan seperti:
  • Pencernaan, kelebihan asam lambung (kembung), maag kronis, dll.
  • Alergi pada kulit dan organ tubuh (pernafasan dan pencernaan)
  • Asma, TBC dan infeksi paru-paru akut menahun
  • Kelainan fungsi ginjal (neprotic sindrom) atau infeksi, termasuk asam urat tinggi.
  • Persendian tulang seperti reumatik dan osteophorosis
  • Stamina / daya tahan tubuh menurut atau tenaga / vitalitas kendor dan loyo
  • Impotensi / frigiditas (gairah seksual turun)
  • Kekurangan nutrisi dan gangguan metabolisme tubuh lainnya.
Kelebihan susu kambing organik dibandingkan susu kuda / sapi:
  • Kandungan flourine (mineral pelindung paru-paru) 10 – 100 kali lipat lebih besar daripada susu kuda / sapi
  • Mempunyai khasiat antiseptik alami yang menekan pertumbuhan bakteri jahat
  • Bersifat basa (alkali food) sehingga aman dikonsumsi tubuh (untuk pencernaan)
  • Kandungan protein yang lembut dan efek laktase yang ringan sehingga tidak menyebabkan diare (mencret)
  • Kandungan lemak yang bertekstur lembut dan halus, bersifat homogen, mudah dicerna sehingga menekan timbulnya reaksi alergi
  • Mempunyai kandungan zat anti kanker (cancer)
  • Aman dikonsumsi bagi balita yang alergi terhadap susu sapi atau yang lainnya 
 
    (United State Departement of Agriculture) USDA

    Hasil Penelitian US Departement of Agriculture (USDA) menyebutkan bahwa susu kambing dapat mencegah dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Bahkan lembaga ini merekomendasikan dan menganjurkan konsumsi susu kambing bagi penderita asma, TBC, anemia, hepatitis, kram otot dan tukak lambung.
     
    Di beberapa negara-negara maju, susu kambing ini telah banyak dikonsumsi sebagai pengganti susu sapi, bahkan menjadi bahan pembuatan makanan bagi bayi-bayi yang alergi terhadap susu sapi. Alergi pada saluran pencernaan bayi dilaporkan berangsur-angsur disembuhkan setelah di beri susu kambing. Sekitar 40 persen pasien yang alergi terhadap susu sapi memiliki toleransi yang baik terhadap susu kambing.
     
    Keberadaan susu kambing memang tidak otomatis mengesampingkan pemberian susu ASI bagi balita, tetapi pemberian tambahan susu kambing dapat memberikan tambahan nutrisi tersendiri. Terlebih bagi bayi yang alergi susu olahan pabrik (susu sapi) maka susu kambing menjadi alternatif yang dirujukan oleh dokter mengingat protein ataupun lemaknya memiliki tekstur yang lembut dan laktasenya ringan sehingga mudah di cerna tubuh serta tidak mudah menyebabkan diare. Sifat homogen alami yang di miliki juga mampu menekan timbulnya reaksi-reaksi alergi.

    Pasteurisasi Susu

    Pasteurisasi, yaitu proses pemanasan setiap komponen (partikel) dalam susu dengan waktu dan temperatur tertentu. Adapun proses pasteurisasi ada 2 macam antara lain:
    1. Pasteurisasi lama (LTLT= Low Temperature Long Time) dengan suhu 62,8oC- 65,6oC selama 30 menit dan didinginkan dengan cepat pada suhu 10 oC.
    2. Pasteurisasi sekejap (HTST= High Temperature Short Time) dengan suhu 85oC – 95oC selama 1-2 menit dan didinginkan dengan cepat pada suhu 10 oC.

    Tujuan dilakukan pasteurisasi yaitu :
    a. Untuk membunuh bakteri pathogen, yaitu bakteri-bakteri yang berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit pada manusia (mycobacterium tubercolosis).
    b. Untuk membunuh bacteri tertentu yaitu dengan mengatur tingginya suhu dan lamanya waktu pasteurisasi.
    c. Untuk mengurangi populasi bakteri dalam bahan susu.
    d. Untuk mempertinggi atau memperpanjang daya simpan bahan.
    e. Dapat memberikan atau menimbulkan cita rasa yang lebih menarik konsumen.
    f. Pada pasteurisasi susu, proses ini dapat menginaktifkan fosfatase dan katalase, yaitu enzim-enzim yang membuat susu cepat rusak.

    Mesin pasteurisasi susu

    TAHAP-TAHAP PROSES PASTEURISASI SUSU
    Proses pembuatan susu pasteurisasi terdiri dari beberapa tahap dan setiap tahap mempunyai tujuan tertentu yaitu mendapatkan produk berkualitas. Adapun tahap-tahap pengolahannya meliputi :
    1. Tahap Penerimaan. Susu dikirim dari peternakan dengan menggunakan milkcan kemudian disimpan di freezer untuk mendinginkan susu sampai dengan suhu 4 oC. Pada tahap penerimaan dilakukan pemeriksaan fisik.

    2. Tahap Pemanasan. Pada tahap pemanasan yaitu susu dituang ke alat utama proses pasteurisasi yaitu Plate Heat Exchanger (PHE) untuk memanaskan susu hingga mencapai suhu 65 oC selama 30 menit.

    3. Tahap Pendinginan. Setelah dipanaskan, susu kemudian dituang ke milkcan/panci yang dilanjutkan dengan tahap pendinginan dengan merendam milkcan/panci berisi susu tersebut ke dalam air es hingga suhu mencapai 10 oC dan siap untuk dikemas.

    4. Sanitasi. Peralatan dalam proses pengolahan susu harus dijaga dalam keadaan bersih. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas susu sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Adapun proses sanitasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    a. Membilas peralatan dengan air hingga sisa-sisa susu hilang.

    b. Mencuci dengan air sabun hangat atau menggunakan air panas dan larutan chloor/klorin , disikat kemudian dibilas.

    c. Merendam dengan air mendidih selama 2 – 3 menit atau diuapkan selama 30 detik.

    d. Menyimpan peralatan di ruangan yang tertutup dan bersih sebelum digunakan.